Gambar 1. Gejala penyakit hawar daun bakteri X. oryzae pv. Oryzae |
GEJALA DAN DAMPAK PENYAKITBila serangan terjadi pada awal pertumbuhan, tanaman menjadi layu dan mati, gejala ini disebut kresek. Gejala kresek sangat mirip dengan gejala sundep yang timbul akibat serangan penggerek batang pada fase tenaman vegetatif. Pada tanaman dewasa penyakit hawar daun bakteri menimbulkan gejala hawa (blight). Baik gejala kresek maupun hawar, gejala dimulai dari tepi daun, berwarna keabu-abuan dan lama-lama daun menjadi kering (Gambar 1). Bila serangan terjadi saat berbunga, proses pengisian gabah menjadi tidak sempurna, menyebabkan gabah tidak terisi penuh atau bahkan hampa. Pada kondisi seperti ini kehilangan hasil mencapai 50-70 persen.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN PENYAKIT
Faktor lingkungan yang sangat berpengaruh terutama adalah kelembaban yang tinggi sangat memacu perkembangan penyakit ini. Oleh karena itu penyakit hawar daun bakteri sering timbul terutama pada musim hujan.
Pertanaman yang dipupuk Nitrogen dengan dosis tinggi tanpa diimbangi dengan pupuk Kalium menyebabkan tanaman menjadi lebih rentan terhadap penyakit hawar daun bakteri.
Oleh karena itu untuk menekan perkembangan penyakit hawar daun bakteri disarankan tidak memupuk tanaman dengan Nitrogen secara berlebihan, gunakan pupuk Kalium dan tidak menggenangi pertanaman secara terus menerus, sebaiknya pengairan dilakukan secara berselang (intermiten).
PENGENDALIAN PENYAKIT HAWAR DAUN BAKTERI
1. Teknik Budidaya
Penanaman Benih dan bibit sehat. Mengingat patogen penyakit HDB dapat tertular melalui benih maka sangat dianjurkan pertanaman yang terinfeksi penyakit HDB tidak digunakan sebagai benih. Bibit yang sudah terinfeksi /bergejala penyakit HDB sebaiknya tidak ditanam.
Cara tanam. Untuk memberikan kondisi lingkungan yang kurang mendukung terhadap perkembangan penyakit HDB sangat dianjurkan tanam dengan system Legowo dan .menggunakan system pengairan secara berselang (intermitten irrigation). Sistem tersebut akan mengurangi kelembaban disekitar kanopi pertanaman, mengurangi terjadinya embun dan air gutasi dan gesekan daun antar tanaman sebagai media penularan pathogen.
Pemupukan . Pupuk Nitrogen berkorelasi positif dengan keparahan penyakit HDB. Artinya pertanaman yang dipupuk Nitrogen dengan dosis tinggi menyebabkan tanaman menjadi lebih rentan dan keparahan penyakit lebih tinggi. Sebaliknya dengan pupuk Kalium menyebabkan tanaman menjadi lebih tahan terhadap penyakit hawar daun bakteri. Oleh karena itu agar perkembangan penyakit dapat ditekan dan diperoleh produksi yang tinggi disarankan menggunakan pupuk N dan K secara berimbang dengan menghindari pemupukan N terlalu tinggi.
Sanitasi lingkungan . Mengingat pathogen dapat bertahan pada inang alternative dan sisa-sisa tanaman maka sanitasi lingkungan sawah dengan menjaga kebersihan sawah dari gulma yang mungkin menjadi inang alternative dan membersihkan sisa-sisa tanaman yang terinfeksi merupakan usaha yang sangatdianjurkan.
Pencegahan . Untuk daerah endemik penyakit HDB disarankan menanam varietas padi yang memiliki ketahanan terhadap penyakit HDB. Pencegahan penyebaran penyakit perlu dilakukan dengan cara antara lain tidak menanam benih yang berasal dari pertanaman yang terserang penyakit , mencegah terjadinya infeksi bibit melalui luka dengan tidak melakukan pemotongan bibit dan menghindarkan pertanaman dari naungan.
2. Cara Pengendalian Penyakit HDB dengan Varietas Tahan
Pengendalian penyakit hawar daun bakteri yang selama ini dianggap paling efektif adalah dengan varietas tahan. Namun teknologi ini dihambat oleh adanya kemampuan bakteri patogen membentuk patotipe (strain) baru yang lebih virulen yang menyebabkan ketahanan varietas tidak mampu bertahan lama. Adanya kemampuan pathogen bakteri Xoo membentuk patotipe baru yang lebih virulen juga menyebabkan pergeseran dominasi patotipe pathogen ini terjadi dari waktu ke waktu.
Hal ini menyebabkab varietas tahan disuatu saat tetapi rentan di saat yang lain dan tahan di suatu wilayah tetapi rentan di wilayah lain. Sehubungan dengan sifat -sifat yang demikian ini maka pemantauan dominasi dan komposisi patotipe bakteri Xoo di suatu ekosistem padi (spatial dan temporal) menjadi sangat diperlukan sebagai dasar penentuan penanaman varietas tahan di suatu wilayah. Peta penyebaran patotipe dapat digunakan sebagai dasar penentuan penanaman suatu varietas disuatu wilayah berdasarkan kesesuaian sifat tahan varietas terhadap patotipe yang ada di wilayah tersebut.
Mengingat tahan terhadap patotipe tertentu bisa jadi tidak tahan (rentan) terhadap patotipe yang lain. Pada daerah yang dominan HDB patotipe III disarankan menanam varietas yang tahan terhadap patotipe III, daerah dominan patotipe IV disarankan menanam varietas tahan patotipe IV dan dominan patotipe VIII disarankan menanam varietas tahan patotipe VIII .
Sumber: http://bbpadi.litbang.pertanian.go.id/index.php/berita/info-teknologi/content/45-pengendalian-penyakit-kresek-dan-hawar-daun-bakteri
Penyakit kresek pada tanaman padi telah meresahkan para petani di Indonesia. Penyakit kresek telah menjadi penyakit utama pada tanaman padi dan telah menimbulkan banyak kerugian mencapai 75%. Belum pahamnya para petani tentang penyakit kresek ini menjadi kendala untuk mengendalikannya.
Para petani sudah melakukan pengendalian dengan bahan kimia namun belum dapat mendapatkan hasil yang maksimal. CORRIN bisa menjadi cara organik yang sangat efektif untuk mengendalikan penyakit kresek, keefektifannya bisa mencapai 80%. Salah satu pengendali penyakit kresek yang telah teruji dalam berbagai demplot di daerah Banyumas adalah dengan menggunakan agensi hayati CORRIN.
Bakteri ini yang terkandung dalam komposisi CORRIN efektif untuk mengendalikan penyakit kresek (BLB) pada tanaman padi. Bakteri tersebut berbentuk batang, jenis gram positif. Koloninya berwarna putih kotor, dan di bawah lampu ultraviolet tidak bereaksi.
Manfaat Agensia Hayati CORRIN:
- Dapat mengendalikan penyakit Hawar Daun (HDB) atau penyakit kresek yang menyerang padi akibat dari bakteri patogen yang bernama Xamthomonas Oryzae
- Dapat mengendalikan penyakit Hawar Daun Jingga yang diakibatkan oleh Bacterial Red Stripe (BRS)
- Mampu mengendalikan penyakit bercak-bercak pada daun atau Cercospora
- Dapat mengendalikan penyakit-penyakit yang membuat sayuran menjadi layu atau fusarium
- Dapat mengendalikan penyakit akar gada pada sayuran kubis yang disebut Plasmodiophore Brassicae
- CORRIN dapat mengendalikan penyakit layu pada pisang atau Fusarium
- Dapat mengendalikan penyakit Pyricularia Oryzae atau disebut penyakit Blast
JENIS | DOSIS SERBUK | DOSIS CAIR | CARA | WAKTU |
Benih | 2-4 gr/lt | 5 cc/lt | Rendam | Sebelum semai |
Padi | 2-4 gr/lt | 5 cc/lt | Semprot | 14, 28 & 42 HST |
Sayuran | 3-5 gr/lt | 5-10 cc/lt | Semprot | 10-20 hari sekali |
Keterangan :
- Perendaman benih selama kurang lebih 15 menit
- Penyemprotan paling baik dilakukan pada sore hari
- Dilarang untuk mencampur CORRIN dengan pestisida kimia
- Alat untuk menyemprot dibersihkan dari sisa-sisa pestisida kima sebelum digunakan
Posting Komentar untuk "Cara Mengendalikan Penyakit Kresek dan Hawar Daun Bakteri Pada Tanaman Padi"